Saturday, April 8, 2017

[Traveling] Boleh Share Tempat Wisata, Kalau...


Akhir-akhir ini kita digemparkan oleh berita tentang taman bunga Amaryllis di Patuk, Gunung Kidul Yogyakarta mendadak rusak akibat terlalu banyak pengunjung yang datang secara brutal. Usut punya usut, awalnya adalah karena ada akun Instagram yang menyebarkan foto taman bunga tersebut. Lalu tak dinyana, taman bunga tersebut kemudian menjadi viral dan pengunjungnya makin banyak. Sayangnya nggak semua pengunjung itu berotak waras yang punya kaki dan mental warisan buto ijo yang kemudian dibawa 'wisata ramai-ramai menginjak bunga'. Sedih banget ya? Saya sendiri kalau lihat bunga dipetik saja rasanya nggak nyaman, apalagi diinjak-injak. Apa sih yang membuat manusia layak merasa lebih tinggi dari bunga?

Well, cukup deh share uneg-uneg saya tentang taman Amaryllis. Saya pengen mengajak temen-temen untuk berwisata secara bijak. Khususnya gimana cara menggunakan media sosial kamu untuk nggak sekedar share foto selfi di objek wisata. Sekarang kan jamannya Instagram, blog, FB, dan tagar-tagar semacam #mytripmyadventure atau #mytripmapanturu endesbe. Supaya kejadian Amaryllis tidak kejadian, berpikirlah sejenak sebelum share foto. Memang, faktor utama perusak Amaryllis disinyalir karena mental alay-alay yang bernafsu selfi tinggi, akan tetapi sebagai tukang jalan-jalan, kita bisa lah mengantisipasi dari dini, terutama kalo dapet objek wisata baru. Tempat-tempat wisata yang bagaimana yang boleh (malah sebaiknya) kita share:

  • Share tempat wisata yang baru dirintis. 



Dinas Pariwisata kota setempat biasanya telah mencetuskan dan merencanakan tata wisata di daerahnya. Contohnya kalau di Jogja ada tempat-tempat wisata baru yang mulai dikelola: Hutan Pinus, Puncak Becici, Blue Lagoon, dsb. Ketika kita mengunjungi tempat-tempat itu kemudian kita share dan mengajak teman-teman, secara nggak langsung kita ikut mendukung program dinas wisata. :)

  • Share tempat wisata yang masyakarat lokalnya banyak berjualan/buka usaha di deket-deket situ.



Salah satu tujuan pembukaan wisata baru adalah supaya membantu perekonomian masyakat setempat. Dengan kita share tempat-tempat baru itu, artinya kita turut membantu mereka-mereka yang jual es teh, bakso, siomay, cilok di pinggir-pinggir objek wisata. Btw, mie ayam yang dijual di dekat Tebing Breksi rasanya enak loh.


  • Share tempat wisata yang berpotensi menjadi iconable


Jogja adalah kota yang penuh dengan budaya dan sejarah. Kalau ditelusuri sampai jauh, kita telah punya banyak warisan candi-candi dan bangunan-bangunan kuno dan layak untuk dipamerkan. Orang-orang kenalnya cuman Prambanan dan Borobudur saja. Padahal ada Candi Ijo, Candi Abang, Candi Kuning, Candi Kalasan, Candi Plaosan.
Nggak tau kan, ada Candi Kuning? Ya karena memang nggak ada. Tapi gimana bisa tau nggak ada kalau nggak cari-cari dulu. Hohoho.

Wisuda di tebing Breksi.

  • Pikirkan kembali untuk share tempat wisata baru yang fragile.


Candi Ijo
Fragile artinya objek tersebut belum terkelola dengan baik dan punya potensi untuk dirusak. Misalnya: taman bunga yang belum diberi jalan untuk dilewati pengunjung. Plus embel-embel 'mekar hanya sekali setahun'. Taman macam beginian pasti punya peluang untuk rusak karena pengunjung yang membludag. Akan lebih bijak kalau share-nya berupa ajakan untuk menjaga taman dengan baik, dsb.


  • The more people (not always) the merrier.


Candi Ijo = Macchu Picchu.
Ya, kadang tempat-tempat indah sebaiknya dibiarkan apa adanya tanpa harus banyak manusia yang datang. Kalian penikmat keindahan pasti paham. :).


Lokasi: Tebing Breksi & Candi Ijo Kalasan, Yogykarta.
Berkunjunglah ke sana, karena tempatnya baru dirintis, dan punya nilai sejarah. :)
Special thanks dan ucapan selamat untuk Nisa, yang baru wisuda dari UGM. Semoga ilmunya berkah dan manfaat. :)

+Andhika Lady Maharsi

0 komentar:

Post a Comment