Thursday, December 17, 2020

, ,

Pengalaman Pasang IUD, Seram Nggak Sih?

Memilih cara KB adalah hal yang gampang-gampang susah buat saya. Tapi (kayaknya) lebih susah lagi menanggung punya anak banyak dengan jarak dekat-dekat. Beuh. Untuk itulah saya memutuskan langsung ber-KB setelah nifas usai. KB yang saya pilih adalah IUD (intra uterine device) dan sejauh ini belum menyesal memilih ini.

Kenapa memilih IUD?

Pertama-tama, saya nggak disiplin meminum pil setiap hari. Kedua, lebih baik mengulangi trip kontrol IUD setiap enam bulan ketimbang disuntik setiap tiga bulan. Ketiga, media lain tidak menarik. Sehingga saya mantap dengan IUD.

IUD sendiri setahu saya ada dua jenis, tipe plus hormon dan tanpa hormon. Saya memakai yang non hormon, kabarnya lebih aman untuk yang menyusui. Saya memang menghindari segala jenis KB yang mengandung hormon seperti pil, suntik, implan, ataupun IUD yang berhormon dengan harapan untuk menghindari pengaruh pada ASI.

IUD dan alat insersinya.


Proses pemasangan


Sebelum dilakukan pemasangan IUD, dokter/bidan biasanya akan memberi pengarahan singkat tentang bagaimana alat ini bekerja, berapa lama harus kontrol kembali, sampai masa waktu pakai IUD. Selain itu juga dijelaskan proses pemasangan dan efek sampingnya. Waktu itu saya dijelaskan bahwa dengan pemakaian IUD dapat menyebabkan haid berlangsung lebih lama (yang mana saya belum tahu karena sampai sekarang belum haid juga).

Setelah mantap, saya dipersilakan untuk tiduran di alat yang dinamakan stirrup, mengangkangkan kaki seperti posisi melahirkan, kemudian petugas kesehatan akan melancarkan aksinya di 'bawah' sana. Mereka menggunakan alat yang dinamakan spekulum untuk membuka vagina agar IUD mudah dimasukkan ke dalam rahim. Supaya mengurangi rasa nyeri, bisa juga menggunakan bantuan gel khusus.

Spekulum untuk membuka vagina


Gimana rasanya? Ya tetap nyeri, nggak nyaman, dan berontak. Secara alami memang bagian 'bawah' dirancang untuk menolak benda yang masuk. Namun demi kesuksesan implantasi IUD, saya tahan-tahan sebentar. Setelah 10 menit penuh perjuangan, akhirnya masuk juga benda berwujud huruf T itu. 

Banyak wanita mengurungkan pakai IUD karena takut sakit, nyeri, dan segala macam. Tapi buat yang sudah pernah melahirkan, memasang IUD nggak ada apa-apanya kok. Memang ada nyeri dikit, tetapi hanya sementara. Masih lebih nyeri membayangkan hamil lagi saat anakmu baru enam bulan kok.

Nah, begitu selesai pemasangan, rasanya seperti tidak pakai apa-apa. Hanya saja dalam waktu beberapa jam setelah pemakaian, muncul bercak darah seperti menstruasi. Keluarnya juga selama beberapa hari seperti menstruasi sehingga saya perlu memakai pembalut.

Saya diminta kontrol dua minggu setelahnya. Kemudian kontrol lagi sebulan, tiga bulan, dan setelah itu setiap enam bulan sekali. Sejauh IUD tidak bermasalah, kontrol bisa dilakukan setahun sekali. Kebanyakan bocor IUD adalah karena kontrol yang terlambat. Saya sih nggak berharap itu terjadi, pinginnya aman-aman saja tidak terjadi pembuahan saat memakai KB.

Lalu gimana kontrol IUD di saat pandemi seperti ini?


Alternatif saya adalah mencari klinik yang bukan di rumah sakit untuk memeriksa IUD. Sebelum memutuskan menggunakan KB jenis apapun, ada baiknya kamu melakukan riset terlebih dahulu. Bisa melalui membaca artikel online misalnya di Halodoc, atau tanya teman yang sudah melakukannya. 

Buat saya, segala tindakan keputusan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga sebaiknya sudah diputuskan matang-matang. Memeriksakan anak sakit, memasang KB, kontrol kesehatan, hingga vaksin corona sebaiknya sudah di-googling-kan dulu sebelum ke ahlinya. 

Kalau kamu sendiri, lebih nyaman pakai KB apa?

@andhikalady

Continue reading Pengalaman Pasang IUD, Seram Nggak Sih?

Tuesday, December 8, 2020

Jasa Jahit Kebaya Pengantin ala Digital. Dayamaya dan Jahitin Solusinya

Pada suatu hari, tersebutlah sepasang sejoli yang sepakat hendak menikah. Namanya Ani dan Rhoma. Mereka sudah memantapkan tanggal pernikahan yaitu pada tanggal 29 Februari 2021. Segala persiapan mereka lakukan, mulai dari checklist undangan, makeup, katering, konsep dekorasi, fotografer, dan juga busana pernikahan. Mereka melakukan proses tersebut sebagian besar dari rumah, pasalnya di situasi pandemi ini kurang memungkinkan untuk banyak berwara wiri sekaligus untuk menjaga protokol kesehatan.

Untungnya mereka bertemu dengan jahitin, sebuah platform jasa pembuatan baju dan busana online yang dapat diandalkan untuk membuat kostum tanpa harus mendatangi penjahitnya. Jahit.in akan memandu Ani untuk mengukur badannya sendiri, memilih bahan sesuai budget, kemudian menjahitkannya sesuai model yang diinginkan. Voila. Praktis dan tidak makan waktu.



Prosedur ini jamak dilayani oleh jahit.in, selain itu, mereka juga melayani penjahitan aneka baju lain yaitu: Made to Measure, Fashionpreneur, dan Ukur Sendiri. Ketiganya merupakan lini bisnis sekaligus model belajar yang diusung oleh jahitin. Keunggulannya, jahitin sudah memberdayakan para penjahit di daerah 3T khususnya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Melalui workshop pengolahah limbah kain tenun, jahitin telah mengajari masyarakat sekitar untuk membuat masker, cushion bantal, dan barang lain yang memiliki nilai jual tinggi. Jahitin sendiri merupakan bagian dari startup yang bersinergi dengan Dayamaya, untuk mengembangkan serta mengembangkan potensi di tempat yang tepat guna, terutama di daerah 3T.





Pic 2-4. Kreatifitas dan layanan Jahitin

Dayamaya adalah program besutan pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kini dari 18 inisiatif di masyarakat telah ada 5 startup yang mendapat dukungan. Beberapa di antaranya adalah Jahitin, Atourin, dan Cakap.

Atourin adalah startup yang membina dan membantu orang yang tertarik membuka jasa tur wisata secara virtual. Sasarannya adalah para pemandu wisata yang terdampak pandemi. Menurut tim operasional Atourin, pada tahun 2019 terdapat 10 pemandu wisata di Natuna yang sudah memiliki lisensi, lebih berani melakukan self branding, dan mulai memanfaatkan media sosial untuk melakukanm promosi. Dengan adanya ini diharapkan akan ada lebih banyak lagi pemandu wisata berlisensi. Harapannya, tur virtual ini tidak hanya bermanfaat di masa pandemi, tetapi bisa untuk jangka panjang.


Pic 5. Cakap

Startup berikut adalah Cakap, yaitu aplikasi belajar bahasa asing secara online. Peserta mendapatkan akses kelas webinar, materi ebook, akses video pembelajaran, kuis evaluasi untuk mengukur kemampuan bahasa asing selama program, pendampingan guru professional dan native speaker, serta mendapat sertifikat penyelesaian di akhir program.


Itulah beberapa startup binaan Dayamaya. Yuk kunjungi profil mereka untuk mengetahui lebih lanjut.

@andhikalady

 

Continue reading Jasa Jahit Kebaya Pengantin ala Digital. Dayamaya dan Jahitin Solusinya