Saturday, January 31, 2015

,

Athena Bright Breeze Eau de Toilette from Oriflame

Semenjak kecil, saya selalu berpendapat bahwa aroma adalah hal yang penting. Aroma makanan, aroma baju, aroma kertas baru, aroma bungkus handphone yang baru dibuka, aroma tanah, aroma hujan, aroma badan Ibu yang rasanya enak, aroma seseorang yang membangkitkan memori, sampai aroma produk kosmetik. Aroma itu penting dan matters. Saya bisa mabok kalau mencium aroma duren, saya bisa ilfil kalau berada di samping orang yang bau badan, saya bisa memilih untuk menutup hidung ketika melewati tumpukan sampah, atau saya bisa batal membeli skin care, jika dirasa aromanya terlalu menyengat.

Saya juga punya preferensi yang cukup aneh tentang aroma. Bagi saya, aroma itu memiliki warna. Misal, aroma fruity itu berwarna kuning, aroma bebungaan berwarna merah muda, aroma kayu berwarna cokelat, aroma musk juga berwarna cokelat. Hal ini berkaitan dengan ketika saya mencoba parfum. Saya bisa menebak sebuah 'warna' parfum hanya dengan mencium aromanya saja. Misalnya, saya mencium parfum X yang cairannya berwarna bening. Kemudian setelah tahu aromanya, saya bisa langsung menyimpulkan parfum tersebut warnanya peach.

OOT dikit. Waktu itu saya pernah mendengar info entah dari radio atau Twitter, yang membahas tentang kemampuan orang yang mampu mendefinisikan hal-hal yang berbeda dengan bentuknya dan tidak terukur. Misal menyebutkan "rasa cabe ketika dimakan bentuknya bulat seperti bola", "negara Perancis memiliki jenis kelamin wanita", "musik yang sedang saya dengar rasanya pedas", "lagu ini bentuknya kotak-kotak", dsb. Saya mencoba Googling, tapi belum menemukan istilahnya. Mungkin temen-temen Jenganten ada yang tahu? 

Balik ke tentang parfum, :). Dengan saya suka mendeskripsikan parfum ke sebuah warna, kesimpulan saya: parfum yang 'berwarna' dingin (biru, hijau, ungu) hampir selalu lebih enak dibanding parfum yang 'berwarna' hangat (pink, kuning, merah, dll). Nah, akibatnya, saya lebih memilih parfum yang kemasannya berwarna dingin itu, meskipun sesungguhnya antara aroma dan wadah parfum itu nggak ada hubungannya. Sering juga kok, saya menemui sebuah parfum yang diwadahi kemasan berwarna hijau, eh, pas saya cium, ternyata aromanya 'pink'.

Well, udah ngomongin panjang lebar tentang preferensi parfum, kini lanjut dulu ke review wewangian. Jadi ceritanya, kawan saya meminta untuk mencoba eau de toilette miliknya untuk di-review. Ceritanya semacam endorse, begitu. Meskipun si kawan ini nggak mau disebut Mbak-mbak endorser, hihi.

Awalnya saya nggak ngerti aroma wewangiannya seperti apa. Kawan saya cuman menunjukkan beberapa gambar botol wewangian, saya diminta memilih. Mana yang saya pilih? Tentu saja yang botol kemasannya berwarna dingin. Akhirnya saya pilih Athena Bright Breeze, dari Oriflame. Harapan saya cukup besar dengan wewangian ini: saya berharap wanginya juga 'biru'.

Athena Bright Breeze

Athena Bright Breeze memiliki kemasan yang travel friendly. Panjang, kecil dan cukup muat masuk pouch untuk membawa cairan wangi sebanyak 30ml. Kemasannya elegan simpel dan nggak aeng-aeng. Saking simpelnya, saya menyimpulkan kalau eau de toilette ini memang dikhususkan untuk dibawa jalan-jalan. Kalau dibuat pajangan di meja rias juga bisa sih, tapi menaruhnya harus hati-hati karena sebagai pemilik wadah kaca yang panjang, dia akan mudah roboh kalau ditaruh sekenanya.



Eau de toilette ini awet, sodara-sodara! Dari pagi sampe sore, saya masih membaui aromanya (yang ternyata memang 'biru') dengan nikmat. Karena warnanya seger, dia nggak menusuk hidung dan tetep enak meskipun dipakai banyak-banyak. Eh, tapi nggak perlu banyak-banyak juga karena sebaiknya irit lah, pake wewangian. Toh hasilnya sama-sama wangi. :p


Orang-orang yang betul-betul mengerti tentang dunia parfum pasti akan membahas tentang top note, middle note dan base note aroma yang akan muncul pada pemakaian sebuah parfum. Sayangnya saya nggak begitu paham dengan note-note itu. Saya taunya buku note untuk nyatet utang. LoL. Bercanda. Yang bisa saya deskripsikan dari aroma wewangian Athena Bright Breeze ini adalah berkesan segar dan sejuk (dan berwarna 'biru'). Ketika dicium dari botolnya agak menusuk hidung sedikit, mungkin karena efek alkohol yang terasa. Namun ketika dipakai di kulit, wangi segarnya langsung kerasa dan nyaman di hidung.

Tips pakai wewangian ala Jenganten: semprotkan wewangian di pergelangan tangan, terus dari pergelangan tangan dilap-lapkan ke baju dan jilbab/leher. Satu semprot cukup nggak usah banyak-banyak. :)

Oke, jadi kesimpulannya, saya suka dan terpesona dengan eau de toilette Athena Bright Breeze. Rasanya seger dipakai, sama seperti warna kemasannya. Btw, udah tau perbedaan eau de parfum dan eau de toilette kan?

Tertarik dengan wewangian ini atau kepingin tau lebih lanjut tentang proses bisnisnya? Mampir yuk di mari.

+Andhika Lady Maharsi
Continue reading Athena Bright Breeze Eau de Toilette from Oriflame

Sunday, January 25, 2015

, , , ,

NYX Soft Matte Lip Cream, Antwerp, Stockholm & Milan

Antwerp, Stockholm dan Milan.
Me with Antwerp
Yuk lihat review saya tentang sebuah produk pewarna bibir yang bikin nagih: NYX Lip Soft Matte Lip Cream. Loh, saya kenalnya lipstik sama lip gloss Mbak, bukan lip cream, itu jenis apa lagi? Nah, menurut website resmi NYX, lip cream adalah varian pewarna bibir yang sifatnya memiliki pelembap lebih banyak, bentuknya seperti krim dengan aplikator seperti lip gloss, tetapi memiliki hasil akhir di bibir yang matte. Lip Cream ini sudah banyak direview oleh blogger-blogger kondang dan muncul tiap lima menit sekali di timeline Instagram saya, menyaru sebagai akun jualan yang mempromosikan akun jualan yang mempromosikan akun jualan yang mempromosikan akun jualan yang lain.


Bentuk desain kemasan seperti ini akan disukai oleh kamu-kamu yang:
1. Suka dengan kehigienisan, karena permukaan pewarna bibir tidak banyak bersentuhan dengan udara luar.
2. Punya bibir tipis (kayak saya), sehingga jika memakai produk lipstik reguler, akan mudah keluar  garis bibir. -->> ini bikin saya nggak bisa pakai lipstik tanpa kuas. Hihi.
3. Pengen sebuah pewarna bibir yang mampu bikin bibir menjadi matte tanpa banyak glowing-glowing.

Saya kebetulan higinis freak dan punya bibir tipis, sehingga, saya langsung jatuh cinta dengan NYX Lip Cream. Awal mulanya saya kepingin lipstik warna pink supaya muka jadi kelihatan segar. Kemudian karena rekomendasi teman, saya beli NYX Lip Cream. Varian yang pertama kali saya beli adalah Milan. Dia memiliki warna pink cetar, cocok dengan kriteria pencarian warna lipstik saya. Di website resminya, Lip Cream NYX dijual dengan harga USD6, tetapi ketika sampai di Indonesia harganya bisa naik sampai seratus ribu.  Kalau kamu cukup beruntung, kamu akan menemukan NYX Lip Cream dijual dengan harga sembilan puluh ribu.

Setelah saya suka dengan warna Milan, saya ambil lagi yang varian Antwerp dan Stockholm (emang nagih banget ini lipen). Ini swatch-nya:


1. Antwerp

Varian ini berwarna pink dengan tone kuning. Padanan untuk warna ini adalah coral, peach, atau salmon, meskipun jika dibandingkan dengan ketiga warna padanan itu, Antwerp tetap memiliki keunikan tersendiri. Berdasarkan pengalaman merias saya yang masih cetek ini, Warna NYX Lip Cream kadang menunjukkan hasil yang berbeda tiap orang. Jika dipakai di bibir saya, hasilnya cenderung ke warna pink hangat.

Antwerp
FYI, Antwerp adalah nama sebuah kota di negara Belgia. Dalam bahasa Perancis disebut Anvers, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut Antwerpen. Dibanding Milan dan Stockholm, memang Antwerp kurang begitu terkenal gaungnya.

2. Stockholm.

Kalau Antwerp berwarna pink dengan tone kuning, Stockholm memiliki warna yang lebih natural. Warna Stockholm ini adalah campuran antara beige dan pink. Beige adalah warna yang mendefinisikan warna putih dengan paduan cream. Masih menurut Wikipedia, istilah warna beige diambil dari warna kain wool. 
NYX Stockhlom mengklaim warnanya akan menjadi natural jika dipakai di bibir, namun untuk kasus bibir saya yang demen sama yang cetar-cetar, jatuhnya jadi agak pucat. Supaya nggak mubazir, warna Stockholm ini saya campur-campur dengan Milan atau Antwerp supaya lebih natural.


3. Milan.

NYX Milan memiliki warna pink dengan tone biru, artinya warna ini cenderung warna yang dingin. Warna yang ditimbulkan ketika di pakai adalah pink yang sebenar-benarnya pink. Untuk beberapa orang (khususnya pemilik warna kulit sawo matang, dan kuning langsat), warna Milan terlalu kontras dengan warna kulit. Namun bukan beratri jatuhnya jadi jelek, kontras tidak selalu identik dengan hal-hal yang negatif kok. Kalaupun kurang PD dengan kecetaran warna Milan, kamu bisa coba membaurnya dengan Stockholm atau London seperti tipsnya Jeng Angela Devina. Konon katanya, kalau mencampur warna Milan & London, bibirnya jadi seperti Kyle Jenner. Hihi.

Milan
Karakteristik lip cream NYX ini, selain warna-warnanya yang keren-keren, saya juga menyukai hasil akhirnya yang matte-creamy, namun tidak membuat bibir kering. Daya cover bibirnya juga maknyus banget. Sering banget saya pakaikan untuk merias, dan hasilnya memuaskan, meskipun dipakai untuk garis bibir yang berarea gelap. Selain itu, daya tahan lip cream ini bagus sekali, dari pagi sampai siang masih stay manis di bibir. Agaknya saya menjadi cukup kesusahan mencari padanannya yang lebih mudah didapat.

Mana dari ketiga warna di atas yang paling saya sukai? Tentu saja Antwerp, karena pas dan jatuhnya menjadi pink hangat di bibir saya. Varian Antwerp adalah yang paling mudah dipadukan dengan warna baju/jilbab. Namun akan menjadi lebih oke kalau baju yang kamu pakai adalah yang berwarna hangat, misal oranye, kuning, merah hangat, peach, dll. Namun saya juga kerap memakai Milan, kadang saya padu dengan Stockholm untuk meredup suasana pink cetar yang ditimbulkan.

With Antwerp.
Mana yang Antwerp, mana yang Milan?
OOTD.

Banyak yang tanya ke saya, di mana sih membeli NYX Lip Cream? Kamu bisa mendapatkannya dengan mudah di counter-counter NYX yang ada di dekat kamu, misalnya Matahari atau Centro biasanya ada. Namun di tempat-tempat tersebut, harganya lebih mahal dibandingkan membeli di toko online atau preorder. Pinter-pinternya kamu mencari toko yang trustable.

Well, next wishlist: Istanbul (pink clean), Amsterdam (red), Monte Carlo (cranberry red), Cannes... wis kabeh sisan wae...

+Andhika Lady Maharsi
Continue reading NYX Soft Matte Lip Cream, Antwerp, Stockholm & Milan
, , ,

Wisuda S2 UGM 2015, Mbak Seftina & Mbak Darma

 


Kawan pertama tahun 2015 yang saya rias wisuda adalah Mbak Seftina, M. Sc & Mbak Darma, M.Sc. Selamat ya, semoga ilmunya bermanfaat dan cepet nular.

Ada cerita ketika mendapat testimoni dari mereka. Ketika ketemu lagi keesokan harinya, saya tanya "Gimana riasannya, masih tahan sampai sore? Bulu matanya anti badai nggak? Jilbabnya jadi berantakan nggak?". Pokoknya saya tanyanya udah kayak orang rempong banget. Ya gimana ya, saya perlu memastikan bahwa riasan hijab-do mereka nyaman dan bikin merasa cantik. Ehm, sebenernya sih karena saya masih tahap belajar jadi suka khawatir kalau riasannya bermasalah. Mereka jawabnya "Awet banget Lady, bulu matanya nggak lepas sama sekali. Terus bedaknya nggak luntur sampai sore, jadi penasaran produk yang dipakai apa aja. Temen-temen pada bilang ini alus dan natural, ada tiga loh yang antri didandanin kamu". Alhamdulillah, rasa was-was saya hilang seketika. Meskipun banyak yang saya rasa masih kurang, saya tetap senang bisa merias lagi untuk ke sekian kalinya. :)

 

Continue reading Wisuda S2 UGM 2015, Mbak Seftina & Mbak Darma

Tuesday, January 20, 2015

, , , , ,

Book Pick: Brain Beauty Belief by Dian Pelangi

Apa resolusi 2015 kamu? Lulus kuliah? Mendapat pekerjaan? Menikah? Memiliki rumah? Olahraga? Tambah kurus (jarang ada yang menyebut tambah sehat)? Kalau resolusi kamu salah satu dari itu, kok sama sih. :p. Tapi kalau dipikir-pikir kayaknya jamak banget ya, di awal tahun hampir semua orang pengen hal yang sama. Coba deh sekali-kali resolusi tahunan dibikin yang agak seru misalnya naik gunung, jalan-jalan ke Zimbabwe atau mencoba tantangan baru dari 9gag ini yaitu: membaca sejumlah buku bertema khusus sepanjang tahun.

Kemudian saya tertarik dengan usul dari 9gag. Semenjak saya lulus kuliah, saya memiliki waktu luang yang cukup banyak. Oleh karena itu, saya jejali waktu saya sambil membaca buku. Hitung-hitung, membaca buku merupakan jenis investasi diri. Ilmu pengetahuan jelas bertambah, sudut pandang juga makin luas, dan mudah menemukan ide-ide baru untuk menulis. Tetapi yang paling penting bagi saya adalah, membaca buku bisa buat saya merasa seperti Hermione. Hihi. Buku pertama yang saya baca di tahun 2015 bukanlah buku Tales of Beedle, tetapi buku Brain Beauty Belief karya Dian Pelangi.
Yeah, setidaknya buku ini ada di dunia nyata dan bisa saya miliki tanpa harus naik peron 9 3/4. Kyaaa..


Alasan saya memutuskan untuk membaca buku ini adalah: 1. Saya penasaran dengan konsep 3B ala muslimah yang disusun oleh seorang hijaber. 2. Saya pengen tahu tips-tips fashion dan beauty untuk wanita berhijab, karena jaman sekarang masih jarang tips-tips yang mengkhususkan pada wanita dengan busana tertentu. 3. Saya mengidolakan Dian Pelangi. 4. Saya sedang beralih dari kebiasaan berlangganan majalah menjadi berlangganan membeli buku, jadi saya pilih buku yang berisi pengembangan diri.

Well, yuk mari kita tengok spoiler isi buku ini seperti apa.

Meskipun di judul buku ini diperuntukkan buat Muslimah, menurut saya bobot isinya masih bisa diterima untuk wanita semua kalangan kok. Singkatnya, buku ini berisi 4 macam bagian. Pertama adalah pembuka. Isinya berisi biografi Dian Pelangi, perjalanan karir, kisah spiritual, sampai alasan beliau menulis buku ini. Di bagian ini kamu akan membaca berbagai testimoni buku 3B. Ada juga komentar dari Raisa, penyanyi idola saya. Iya, semua orang harus tau saya ngefans sama Raisa dan Dian Pelangi. Lol


Terus lanjut lagi ke isi bukunya, akan ada penjabaran panjang lebar konsep 3B: Brain, Beauty dan Belief ala Dian Pelangi. Brain contohnya, kamu akan membaca bermacam tips memperkaya otak kamu supaya lebih smart. Misalnya, kenapa sih sebagai wanita kita harus sering traveling? Mengapa passion itu penting? Temukan jawabannya di buku ini.


Chapter berikutnya membahas tentang beauty. Nah ini yang ditunggu-tunggu. Di bagian ini kamu akan menemukan buanyaak sekali tips-tips kecantikan kayak tips dandan, tips memilih hijab, tips padu padan pakaian, tips merawat kulit, tips merawat rambut. Bahkan ada info pengetahuan tentang sejarah makeup, sejarah fashion dan info-info penting yang jarang kamu dapatkan di majalah.


Apalah artinya cantik, kalau tidak sehat. Di buku ini juga ada tips menjaga kesehatan, seperti berolahraga teratur, sampai cara memeriksa payudara sendiri.


Sampai ke tahap paripurna, yaitu belief. Dian Pelangi memberikan contoh bahwa brain dan beauty harus diimbangi dengan spiritual yang baik. Misal membiasakan diri untuk santun dan tersenyum, jangan suka menang sendiri, dan tingkah laku baik yang harus dijaga sebagai seorang wanita. Di bagian ini juga banyak banget tips-tips seru, bagaimana cara berbicara yang baik, cara berpose, cara tertawa dan cara membawa diri dalam situasi apapun.


Buku ini banyak gambarnya! Saya dari kecil selalu suka sama buku yang banyak gambarnya. Ilustrasi di buku ini juga lucu-lucu dan tepat sasaran. Kamu nggak akan bingung membaca bagian per bagian karena setiap halaman adalah pengalaman baru. Bahasa yang digunakan juga sederhana dan mudah dipahami. Kamu nggak akan menemukan kata-kata yang memusingkan, meskipun kamu baru duduk di bangku SMP. Pendek kata, buku ini 'cewek' banget, dan ringan untuk dibaca ketika kamu enggan memikirkan yang berat-berat.

Buku ini, harganya bervariasi antara 80-100 ribu, tergantung tempat di mana kamu membelinya. Lalu timbul pertanyaan: uang segitu itu worth nggak sih untuk membeli buku? Daripada membeli, misalnya, majalah? Ini kembali lagi ke masing-masing orangnya. Tapi menurut saya, dari pada saya mengeluarkan 50ribu untuk satu pcs majalah yang punya tenggat waktu kadaluarsa sebelum muncul edisi terbaru (misal 1 bulan), kenapa nggak digunakan untuk membeli buku tentang kepribadian yang sifatnya lebih timeless?

Continue reading Book Pick: Brain Beauty Belief by Dian Pelangi

Wednesday, January 14, 2015

, , , , ,

Review Wardah Cleanser for Normal to Oily

Rasanya nggak akan ada habisnya bahwa nasihat 'ritual bersih-bersih wajah adalah step yang harus dilakukan setiap malam sebelum tidur'. Terlebih jika wajah kita tertimpa makeup sepanjang hari. Makeup memang diciptakan untuk menonjolkan kelebihan dan menutup kekurangan wajah, namun bukan untuk dibawa tidur. Ketika tidur adalah waktu yang tepat untuk mengistirahatkan kulit. Terus, kalau yang udah menikah dan mau bobok, cantiknya jadi ilang dong di depan suami? Nah, untuk yang masih beranggapan beginian, berarti ada yang salah dari cara dia memandang kecantikan. Cantik itu tidak selalu identik dengan penggunaan makeup. Makeup itu memang menunjang penampilan luar, tetapi jika dari dalam diri sudah ada bibit perasaan insecure, nggak PDan, sirikan, dan sederet emosi negatif lainnya, mau pake makeup setebal satu meter pun nggak ada efeknya.

Nah, kembali lagi ke bahasan tentang bersih-bersih wajah. Saya punya review menarik tentang cleanser yang baru-baru ini saya pakai. Cleanser atau pembersih wajah ini bisa dengan mudah kamu temui di toko-toko atau swalayan dekat rumah. Judulnya Wardah Cleanser for normal to oily skin. Saya pilih yang khusus untuk oily skin karena pas sama tipe kulit saya.




Fungsi cleanser adalah membersihkan, mengangkat sisa makeup dan mengurangi minyak di wajah. Menurut saya Wardah Cleanser ini sudah mampu mengakomodasi kebutuhan akan cleanser tersebut. Aroma produk ini nose-friendly di hidung saya yang peka sama bebauan tajam. Saya tidak terganggu dengan aromanya yang tidak terlalu tajam tetapi juga tidak plain. Wanginya khas wangi produk Wardah yang menonjolkan kesegaran. Kalau saya sebut, wanginya itu berwarna biru. Saya nggak ngerti gimana asalnya, tetapi saya selalu bisa merasakan bahwa aroma itu memiliki bermacam warna. Misal wangi floral saya anggap berwarna pink, wangi musk itu berwarna hijau, wangi vanilla berwarna putih tulang, dsb.

Kekurangan produk ini adalah ketika dipakai, agak menyisakan kesan greasy di kulit. Greasy adalah kesan masih ada sisa-sisa minyak produk yang tersisa di wajah. Saya mengantisipasinya dengan langsung mencuci muka tanpa perlu berlama-lama. Kemudian sapukan toner dengan merk serupa (review bisa dilihat di sini). Penggunaan toner ini secara langsung bisa mengurangi efek greasy di kulit.

Ada satu lagi kritikan untuk produk ini. Yaitu dari segi kemasan/botol. Sebetulnya botol produk ini terbuat dari bahan plastik yang bagus dan tangguh. Kamu nggak perlu khawatir botol akan pecah karena memang didesain cukup tebal. Tapiii saking tebalnya, ketika isi produk menjelang mau habis, kamu nggak bisa memencetnya supaya isi botol bisa lekas keluar. Alhasil kamu harus mengocok botol seperti kalau ingin menuang saus berwadah botol kaca ketika makan bakso. Susah. Dan lama.


Setelah itu, bentuk kemasan produk ini juga terlalu besar jika mau dibawa traveling. Sayang sekali Wardah sepertinya belum mengeluarkan versi kemasan yang lebih kecil. Coba ini bisa dibikin dengan botol yang lebih nyaman, pencet-able dan travel-friendly. Pasti saya beli terus karena daya membersihkannya lumayan nampol di kulit saya.


Ohya, saya baru aja membeli buku Dian Pelangi yang berjudul Brain Beauty and Belief. Buku ini berisi tentang pengembangan diri seorang muslimah yang diambil dari sudut pandang Kecerdasan, Kecantikan dan Keimanan. Buku ini seru banget untuk dibaca muslimah. Err, sebetulnya nggak hanya untuk muslimah saja sih. Tapi juga untuk para cewek-cewek yang ingin tau tips-tips dari Dian Pelangi tentang fashion, dandan-dandan, sampai bagaimana Dian Pelangi menyikapi persepsi orang kenapa berhijabpun tetap harus cantik.

InsyaAllah di post berikutnya saya akan review buku ini. :)

+Andhika Lady Maharsi
Continue reading Review Wardah Cleanser for Normal to Oily