Thursday, June 18, 2020

, , ,

Frugal Living Selama Pandemi dan Hitungan Penghematannya (part 2)

Setelah kelar di artikel sebelumnya tentang Frugal Living, di sini lanjutannya. Sebelumnya saya sudah membahas trik hidup frugal dari segi sandang, alias pakaian. Dan di sini akan dibahas lebih lanjut bagaimana trik penghematan dari sisi pangan, papan, pendidikan, sekaligus hitungannya.

Baca sampai habis yaa..

Pangan

Baik pandemi atau tidak, pasti semua sepakat bahwa faktor pangan mengambil porsi besar dalam pengeluaran sehari-hari. Bagaimana tidak, dalam sehari setidaknya makan 3x, belum minuman, belum jajan, dan susu anak kalau dia minum susu. Kita juga pasti sepakat, bahwa dalam urusan apapun, makan tak boleh ketinggalan. Gizi anak juga tidak boleh terlewat apalagi di 1000 hari pertama kehidupan.

1. Masak setiap hari

Pandemi ini seakan membuat saya 'terpaksa' harus masak setiap hari di rumah. Bagaimana tidak, banyak restoran yang tutup dan mau keluar rumah kok was-was terpapar virus. Berkat ini, saya jadi bisa menguasai berbagai macam jenis masakan. Dari yang tadinya jiper dengan sambel tumpang, sekarang saya bisa memasaknya. Puncaknya adalah saat perayaan Idul Fitri kemarin, saya berhasil memasak satu set opor ayam + sambal goreng ati untuk dimakan bertiga di rumah. Mungkin buat orang-orang eh apaan sih cuma masak opor doang. Tapi percayalah, buat saya ini adalah pencapaian luar biasa. 

FYI sebelum punya anak, saya orangnya lebih suka jajan ketimbang masak sendiri. Gas 12kg bisa baru habis setelah 3-4 bulan. Sekarang? 1,5 bulan aja udah cengep-cengep. Mungkin di sinilah hikmahnya, saya jadi makin kreatif mengolah apa saja yang ada di kulkas. Cuma ada wortel dan kol, ziing, bisa berubah menjadi bakwan.


2. Menurunkan kualitas minyak goreng

Hal sesederhana minyak goreng yang selisih cuma seribu-dua ribu ternyata pengaruh banget lho. Biasanya saya pakai minyak merk B yang spesial, sekarang mesti legowo dengan merk S, F, F, ataupun H. Kalau dipikir-pikir rasanya sama aja kok, yang penting penggunaannya bijak ya. Jangan dipakai berkali-kali. Apalagi masak untuk bayi, jangan yaa.


3. Beli satu peti telur alih-alih beli kiloan

Ini berguna jika belinya rame-rame. Caranya adalah cari supplier telur dari pusatnya, beli 1 peti isi 15kg, lalu ambil secukupnya misal 2-3 kg, sisanya lalu dijual kembali.


4. Mengganti gas 12kg dengan gas melon

Karena kebetulan punya dua jenis gas, selama pandemi ini saya agaknya lebih berminat menggunakan gas melon. Itu lho, gas warna hijau yang tiga kiloan. Karena punya anak, penggunaan gas di rumah saya makin menggila: masak tiga kali, bikin MPASI anak, bikin air panas buat mandi anak. Akibatnya penggunaan gas melon dirasa lebih masuk akal meski harus mengisi bolak-balik. Pengehematan yang dilakukan? Hampir 100%, sebab harga gas 12kg (per kilo) adalah dua kali lipat harga per kilo gas melon.

5. Bayi minum ASI

Susu anak adalah salah satu komponen perawatan bayi yang paling boros. Apalagi jenis susu merk premium yang dibandrol dengan harga mahal. Padahal untuk ibu yang ASInya keluar, dengan ASI saja sudah cukup kok sebetulnya. Tentu saja ini perlu dikonsultasikan dengan dokter anak masing-masing.

Kalau saya sendiri alhamdulillah bersyukur karena ASI saya lancar sehingga bayi tidak perlu tambahan susu formula.


6. Bikin kue sendiri di rumah

Sebelum saya hamil, saya orangnya nggak begitu doyan ngemil. Kalaupun ngemil paling karena dikasih orang atau sedang benar-benar ingin. Berbeda dengan sekarang saat saya menyusui. Kayaknya ngemil itu kebutuhan pokok. Setiap saat camilan harus siap tersedia. Lalu karena di rumah saja, saya pun memutar otak bagaimana membuat camilan yang enak dan mudah dibuat. Maka jadilah saya mencoba bikin donat, brownies, kue klepon, puding, dan aneka jajanan lain bermodal tepung-tepungan.

7. Nyetok sayur lebih banyak supaya tidak sering keluar rumah

Saya menjadwalkan untuk nyetok kulkas seminggu sekali. Dalam sekali belanja, saya membuat list yang terdiri dari bahan untuk rencana menu seminggu. Kalau nggak punya rencana masak gimana? No problem, beli saja bahan makanan ini:

Harus selalu ada di dapur: beras, telur, terigu, tapioka, garam, bawang merah, bawang putih, bawang bombay, bumbu penyedap, kecap, minyak goreng, terasi, gula jawa, gula pasir, teh, kopi.

Belanja seminggu sekali:
- 2-4 jenis protein hewani (ayam, daging, ikan, seafood)
- 2-4 jenis protein nabati (tempe, tahu, kacang-kacangan)
- 2-4 jenis buah-buahan (pepaya, semangka, apel, jeruk, dll)
- bumbu dapur tidak awet (daun salam, laos, jahe, kunyit, daun jeruk, pandan)
- cabai rawit, hijau, merah
- santan kelapa
- 5-7 jenis sayur (tomat, timun, kangkung, selada, kacang panjang, terung, dll)

Dengan belanja itu semua, insyaAllah kamu nggak akan kebingungan mau masak apa selama seminggu. Sekali belanja memang agak mahal sekitar 200-300 ribuan, tetapi kalau bisa dipakai masak seminggu artinya sehari kita cuma ngabisin uang kurang dari 50 ribu untuk makan sekeluarga. Murah banget kan hitungannya? Gizinya sudah lengkap pula.

Nah, supaya nggak perlu keluar rumah, kamu bisa juga memanfaatkan layanan belanja online. Misalnya di @agrice.id untuk kamu yang berlokasi di Yogyakarta. Pelbagai sayuran, buah, aneka lauk bisa kamu pesan di sini tentunya harga masuk akal dan promo yang menarik. Semua belanjaan kamu akan diantar sampai rumah. Kamu tinggal klik pesanan kamu di link ini, lalu melakukan pembayaran melalui OVO/transfer/minimarket kemudian belanjaan akan datang. Mudah sekali bukan?

8. Food prep


Well, food prep adalah koentji supaya bahan makanan yang dibeli bisa awet di kulkas. Mungkin agak repot jika harus mengolah, mencuci, memotong-motong dll. Tetapi ini sangat bisa menyingkat waktu saat akan memasak terburu-buru. Istilahnya tinggal plung saja. Memang butuh waktu agak lama sekitar 2-3 jam untuk menyiapkan semua sayuran. Saya menyiasatinya dengan melakukannya saat weekend atau saat tidak sibuk. Modalnya adalah beberapa kotak sejenis tupperware atau thinwall, waktu, dan tentunya kesabaran.

Papan

Sandang sudah, pangan juga sudah. Sekarang mari bahas soal papan dan segala urusan rumahan. Biasanya yang memakan biaya lebih banyak adalah listrik dan internet. Tetapi ada beberapa trik penghematan yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Hindari pemakaian listrik berdaya besar di sore menjelang malam

Untuk melakukan kegiatan mencuci pakai mesin, menanak nasi, dan menyetrika sebaiknya dilakukan di luar prime time pemakaian listrik (17.00-21.00). Biasanya saya melakukan itu saat dini hari. Banyak yang bilang dengan trik ini pemakaian listrik jadi lebih hemat. Namun karena saat pandemi lebih banyak di rumah saja, saya merasa tidak ada perbedaan yang kentara. Banyak sih yang mengeluh listrik tiba-tiba naik tanpa kejelasan, tetapi mengupayakan penghematan tak ada salahnya kan?

2. Naik motor instead naik mobil

Meski jarang keluar, saya sebisa mungkin naik motor saja karena lebih hemat di bensin. Kecuali untuk urusan penting misal harus imunisasi ke bidan, atau perjalanan jauh ke luar kota. Kalau cuma pergi ke minimarket depan rumah sih cukup jalan kaki atau naik motor saja sudah.

Pendidikan & Keagamaan

Akibat Covid 19, kegiatan berkumpul ditiadakan sama sekali. Termasuk ibadah dan gathering. Saya yang biasanya sering ketemu teman-teman di luar untuk sekadar makan-makan pun harus menyesuaikan. Saya menyiasatinya dengan banyak mencari info kulwap di sosmed, ataupun live IG dari ahlinya tentang berbagai ilmu yang relevan. Misal materi speech delay, MPASI, dan aneka ilmu yang membuat kehidupan seorang ibu menjadi lebih mudah.

Hitungan


Sampailah di saat yang ditunggu-tunggu yaitu berapa hitungan penghematan yang bisa dilakukan dengan hidup secara frugal.



Di atas masih hitungan kasar, pun tidak semua pos pengeluaran saya tulis. Misal listrik saya asumsikan konsumsi frugal no frugal sama saja. Pulsa pun demikian, saya anggap fix cost setiap bulan sehingga tidak ada selisih yang cukup berarti. Kerasa banget ya, penghematannya bisa menekan setengah lebih. Coba kalau hidup frugal semacam ini bisa bertahan terus saat income kembali normal, mungkin saya lekas punya rumah dan studio milik sendiri. Aamiin.


Agrice New Normal Groceries.
Whatsapp = wa.me/6285740394039
Pricelist = toko.ly/agrice
Dapatkan diskon free ongkir dengan menyebutkan Jenganten.com saat melakukan order.

Andhika Lady
Continue reading Frugal Living Selama Pandemi dan Hitungan Penghematannya (part 2)

Monday, June 15, 2020

, , , , ,

Frugal Living Selama Pandemi dan Hitungan Penghematannya (part 1)

Hidup diterpa pandemi membuat sebagian (besar) orang kehilangan pendapatannya. Ada yang hidup dari membongkar tabungan darurat, ada pula yang terpaksa berhutang. Semua orang sepakat ini situasi sulit. Tetapi demi kesehatan dan kemaslahatan umat, kita diimbau agar tetap di rumah saja sampai sekiranya situasi normal kembali. Meski ya nggak normal-normal juga tapi sama pemerintuy dipaksa 'new normal'.

Alhasil satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah dengan beradaptasi dengan new normal. Dari yang tadinya bebas kongkow-kongkow bersama teman, kini cukup via Zoom saja. Dari yang tadinya jor-joran menggunakan uang/sumber daya, kini agak dihemat lagi. Inilah topik utama tulisan ini, Frugal Living. Menurut QM FinancialFrugal living (FL) adalah kemampuan dan keinginan untuk bersikap cermat dalam penggunaan sumber konsumsi seperti makanan, waktu dan uang serta menghindari segala sesuatu yang berlebihan atau boros.


FL tidak semata-mata dilakukan karena minimnya kemampuan finansial, melainkan menggunakannya dengan penuh tanggung jawab, hemat, tanpa kesusahan amat. Bedakan dengan mengurangi makan dari sehari tiga kali menjadi sehari sekali, atau mengganti bahan makanan dengan yang lebih terjangkau dengan tetap makan tiga kali sehari. Kira-kira sudah paham kan, mana yang memang pelit, dan mana yang hidup frugal? FL tidak hanya dilakukan oleh mereka yang kesulitan ekonomi. Beberapa selebriti seperti Keira Knighley, Lady Gaga, Leonardo diCaprio, dan Ed Sheeran juga menerapkan FL lho. Apakah kamu masih mempertanyakan kekayaan mereka?

Oke, jadi selama pandemi ini saya mencoba hidup secara frugal dalam beberapa aspek. Selain untuk menghemat, juga supaya keberlangsungan roda kehidupan tetap sustain, ceilah. Apakah sebelumnya saya juga menerapkan FL? Jawabannya adalah YES, meski tidak seketat sekarang. Namanya aja pandemi force majeur, ekonomi lesu, pendapatan berkurang, plus disuruh di rumah aja. Kombinasi yang tepat sekali untuk memperketat pengeluaran uang.

Supaya mempermudah, saya pisahkan saja menjadi 4 kebutuhan pokok manusia: Sandang, Pangan, Papan, dan Pendidikan. Bagaimana mengaturnya? Yuk baca sampai habis.

Sandang

1. Invest untuk baju rumahan yang nyaman. Tunda untuk membeli baju bepergian dulu.

Karena saya punya bayi, baju-baju yang kerap dipakai di rumah adalah jenis busui-friendly. Personally, saya kurang begitu suka pakai daster, sehingga yang saya stock di rumah adalah jenis piyama kancing depan semacam ini:


Pilih motif yang tidak norak supaya enak dipandang. Ingat, yang punya mata di rumah tidak hanya Anda, wahai Ibu-ibu. Ada suami dan anak-anak yang bakal turut senang kalau ibunya tampil cantik meskipun hanya pakai baju rumahan.

Baju rumahan ini harganya sekitar separuh dari baju pergi. Bahannya juga lebih nyaman dan tipis, cukup dipakai 2-3 potong saja. Bayangkan kalau saya pergi-pergi, yang perlu dipakai adalah: dalaman, atasan, bawahan, dalaman jilbab, jilbab, kaos kaki sometimes, dst bisa mencapai 5-6 potong baju. Bayangkan, hanya dengan di rumah saja kamu bisa mengurangi jumlah cucian baju secara signifikan lho! Sedikit cucian = sedikit deterjen = sedikit sumber daya listrik = hemat.

2. Tidak menyetrika semua baju

Ini saya banget. Selain memang capek dan, ehm, malas hahahaha, juga untuk menghemat pemakaian listrik. Saya memilah baju yang untuk disetrika antara lain: handuk, seprai, baju bayi, dan baju yang mudah kusut. Kalau jenis baju kaus, dalaman, celana pendek rumahan, dll, langsung dilipat aja terus disemprot pewangi. Kadang kalau sedang mood, saya tetap press pakai setrika dalam kondisi sudah terlipat.

Tipsnya supaya baju tetap bebas kuman meski tanpa disetrika adalah dengan mengangkatnya di siang hari saat terik-teriknya. Panas matahari dapat membunuh kuman dan virus, plus bonus baju segar masih anget layaknya habis dioven. Hindari mengangkat jemuran sore hari, apalagi malam hari. Baju biasanya sudah mulai apek. Kecuali memang terpaksa.

3. No bra (almost) every day

Hahaha, I used to be bullied because my bewbs is so small. Tapi justru sekarang saya bersyukur karena saya nggak perlu memakai bra setiap hari. Well, this is not for everyone. Pakailah senyaman kalian. Tapi untuk saya pribadi yang setiap hari menyusui, memilih tidak memakai bra adalah keputusan yang saya rasa paling tepat. Hemat cucian juga kan.

Saya paham ini agak kontroversi, mengingat banyaknya artikel bahaya nggak pakai bra dalam waktu lama. Untuk menyiasatinya saya tetap pakai di hari-hari tertentu.

4. Tidak membeli sepatu/sandal bayi selama dia belum jalan

Percaya deh, sepatu buat bayi newborn itu cuma buat gaya-gayaan aja. Secara fungsional hampir nggak ada. Bayi juga kurang nyaman dipakaikan sepatu yang mengekang kakinya. Sehari-hari di rumah, Linam lebih sering nyeker sambil eksplor sekitar. Kalau bepergian misal imunisasi, saya cuma memakaikan kaus kaki. Itu sudah cukup. Buat apa pakai sepatu kalau ujung-ujungnya digendong atau didorong di stroller?


5. Mengganti sabun cair menjadi sabun mandi batangan

Memang nggak ada yang bisa menggantikan nikmatnya mandi dengan busa sabun melimpah dan wangi yang didapatkan setelahnya. Namun atas nama penghematan saya mengganti sabun cair menjadi sabun batangan. Toh semenjak Linam mulai bermain, saya semakin jarang punya mandi berkualitas. Yang dulu bisa luluran krimbat dll, sekarang harus cukup puas dengan sabunan saja. Keburu anak saya nangis nyari ibunya.


Lanjutan untuk artikel ini ada di Part 2 yaa..


Continue reading Frugal Living Selama Pandemi dan Hitungan Penghematannya (part 1)