Wednesday, November 10, 2021

, ,

Pengalaman Frugal Living dengan Kebiasan Masak & Foodprep Sendiri

Ada sebuah parameter untuk melihat tingkat kemajuan sebuah negara, yaitu rasio antara belanja makanan dengan pendapatan. Kalo istilah englesh-nya Food Expenditure Ratio. Makin maju negara, makin kecil rasio belanja makanan terhadap pendapatan rata-rata. Sebaliknya, makin miskin negara, makin besar rasio belanja makanan terhadap pendapatan.

Dengan kata lain, semakin miskin negara, porsi gajinya sebagian besar digunakan untuk membeli makanan melulu.

Ini 7 negara yang paling sedikit rasionya. Amerika contohnya. Mereka hanya membelanjakan 6,4% dari penghasilan mereka untuk belanja makanan. Singapore di bawahnya, diikuti dengan 6 negara maju lainnya.



Sementara ini 9 negara terbawah dengan rasio terbesar. Nigeria bahkan menghabiskan 56% pendapatannya hanya untuk beli makan. Ibaratnya misal punya gaji 3 juta, 1,8 jutanya sendiri hanya untuk makan. Warga Nigeria hanya punya 44% sisa penghasilan untuk hal lain (tempat tinggal, sandang, pendidikan).



Lalu rasio Food Expenditure Indonesia berapa? 31%. Jadi, misal ada orang Indonesia punya gaji 3juta, rata-rata mereka menghabiskan 1juta hanya untuk beli makan. Gaji 5 juta, rata2 dihabiskan 1,5juta untuk makan.

Ini rata-rata. Meskipun agak susah membayangkan bisa makan sebulan hanya dengan 1juta. Mungkin yang penghasilannya 3jutaan, uang untuk belanja makanan lebih dari 1juta.

Nah kaitannya sama topik Andhikalady apa tuh? Kok bahas rasio2 belanja makanan segala?

Ini topiknya bakal aku giring ke arah frugal living. Sekarang coba cek penghasilan masing2, dan bandingkan dengan expenses yg kamu belanjakan untuk beli makanan. Makanan lho, kebutuhan utama hidup manusia yang harus dibeli dengan uang.

Lebih atau kurang dari 31%?

Jika kurang dari itu, selamat. Kamu mendekati life style negara2 yang lebih maju. Bisa jadi hidupmu lebih sejahtera dari rata2. Mungkin kamu pintar menabung, pintar berhemat, hidup frugal, dan sejenis itu mirip2 lah.

Tapii jika kalau lebih dari 31%, hmmm, this is not very good. Katakanlah kamu punya penghasilan tinggi misal dua digit. Tapi yang kamu belanjakan untuk makanan lebih dari sepertiganya, sama aja Malihh. Kamu menyia2akan potensi besar penghasilan yang bisa digunakan untuk hal lain. Misal pendidikan dan investasi.

Well, aku paham kalau sebagian orang punya prinsip "hidup untuk makan". Makan kalau nggak bermewah2 pantang. Telur itu cuma condiment bukan lauk. Makanan itu jadi daging dan otak jadi harus mewah, endesbrey, endesbrey.

Tapii, salah satu hal yang aku sesali adalah; duluu di saat aku single dan berpenghasilan, aku terlalu banyak nge-treat diri sendiri dengan makanan yang nilai gizinya tidak lebih unggul dari masakan buatan rumahan. Dikit-dikit jajan. 3x sehari jajan. Padahal ibuku udah ngasih rice cooker buat masak nasi sendiri di kost, tapi aku lebih memilih makan di luar.

Duh, sekarang aku ngerti betapa kecewanya ibuku kalau anaknya boros. Hahahaha.

Coba aja aku sejak dulu menerapkan konsep Food Expenditure, mungkin sekarang udah punya kost-kostan.

Sekarang keadaan berubah. Sebagai istri & ibu, aku bertanggungjawab dengan gizi dan kelezatan makanan di rumah. Aku mulai belajar masak, belajar belanja dengan mindfull. Belajar meramu makanan booster BB yang cocok dan enak untuk Linam, serta yang nggak bikin tekanan darah Pak Rangga makin naik. Termasuk membandingkan toko dengan harga termurah, dan juga bahan terbaik. Apa hasilnya?

Expenses yang dulu aku pakai untuk makan aku seorang ternyata cukup untuk memberi makan satu keluarga 3 orang, aku, suami & anak.

Ibarat misal dalam sebulan buat aku makan sendiri 2 juta (dengan jajan). Ternyata buat makan 3 orang juga habis 2 juta. Gizinya sama, enaknya sama, tapi jumlah perut yang kenyang lebih banyak. All you need to do is: masak sendiri.

Ini sukses menurunkan rasio Food Expenditure di keluarga kami. Biaya untuk makan bisa ditekan, sementara pendapatan yang lain dapat digunakan untuk pos lain. Hati juga lebih adem dan tenang karena dana darurat dan beberapa rancangan cita-cita sudah cukup aman.

Aku be lyke, what, ini mah ilmu PKK banget tapi manfaatnya benar-benar terasa. Tinggal penerapannya, apakah kalau penghasilan bertambah, Food Expenditure akan tetap, turun, atau celakanya malah nambah karena kalap jajan makanan2 mevvah?

Kamu nggak perlu meniru 100% langkah yang aku ambil, tapi coba deh pikir lagi. Misal kamu merasa boros banget di jajan, tidakkah lebih mindfull dan cermat apabila kamu mempertimbangkan untuk save a lot of money by cook and prepare the food by yourself?

Have a nice overthink night.

Andhikalady.

0 komentar:

Post a Comment