Thursday, June 3, 2021

, , , , , ,

Pengalaman Menyiapkan Bayi Sebelum Operasi

Setelah mengalami peristiwa yang life-changing, yaitu operasi anak saya tahun kemarin, di sini saya mau berbagi beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh orangtua atau pendamping anak di rumah sakit. 

Baca juga: Kilas Balik: Baru Berumur Dua Bulan, Anakku Harus Operasi Bedah Urachus

Kita sama-sama berharap bahwa tidak ada orangtua yang deserved mengalami peristiwa anak sakit, kemudian berakhir di meja bedah untuk menggapai kesembuhan. Namun adakalanya beberapa orangtua diberikan kesempatan istimewa untuk melaluinya. Sebagian mereka bahkan tidak mempersiapkan diri bagaimana menghadapi saat-saat di mana anaknya harus dioperasi. Semua berasa clue-less, dokter dan perawat pun hanya sebatas menjelaskan bagaimana proses operasi, risiko, dan perawatan lanjutan. Tapi pertanyaan yang bersemayam di kepala orangtua seperti:

Bagaimana menyiapkan fisik & psikis anak?

Barang apa saja yang disiapkan sebelum ke rumah sakit?

Bagaimana mengatur puasa anak, kan dia nggak ngerti soal puasa?

Yang paling penting, bagaimana menata hati kita sebagai orangtua saat harus merelakan anak di tangan dokter?



........

Baiklah, pertama-tama, jika kamu adalah salah satu orangtua istimewa itu, peluk jauh dari sini Pak, Bu. Kalian adalah orangtua hebat yang terpilih untuk melewati semua ini. Apapun tindakan medis yang akan dilakukan pada anakmu, yakinilah bahwa itu adalah yang terbaik untuk mengusahakan kesembuhan dan kualitas hidup yang lebih baik untuk si kecil kelak. Tidak banyak orangtua yang berani mengambil keputusan hebat ini. Sebagian di antaranya bahkan tidak mengetahui diagnosis tepatnya dan memilih menerima apa adanya. Mungkin karena jauhnya jangkauan medis, atau tiadanya biaya. Di titik inilah, kamu, Bapak dan Ibu hebat, patut berbangga dan merayakan keputusan berharga yang akan berpengaruh pada masa depan si anak.

.......

Di sini saya mau berbagi pengalaman saat menyiapkan operasi untuk bayi saya yang waktu itu berusia dua bulan. Untuk yang belum membaca, anak saya didiagnosis urachus patent dan harus melalui serangkaian operasi medis untuk menutup saluran tersebut. Cerita lengkapnya ada di sini. Dari hasil pencarian dan ngide sana sini, berikut adalah proses persiapan yang saya lakukan:


1. Menyiapkan fisik dan psikis bayi.


Waktu operasi, anak saya baru dua bulan. Dia belum mengerti tentang prosedur medis. Dia juga belum mengenal rasa takut dan khawatir khasnya orang mau dioperasi. Ini merupakan poin unggul saat akan mengoperasi bayi. Ibarat kata, saat masuk rumah sakit, si bayi aja masih bisa ketawa-tawa senang. Namun untuk fisik, inilah PR sebenarnya. 

Bayi dengan ASI eksklusif tetap disarankan untuk memberikan ASI sesering mungkin. Usahakan si Ibu tetap memakan makanan bergizi agar ASInya berkualitas. Proses operasi membutuhkan tenaga dan energi bayi yang besar, apalagi tubuh akan 'dilukai' dan setelahnya harus melalui proses penyembuhan. Makanan tinggi protein sangat disarankan supaya penyembuhan luka semakin cepat.


2. Apa saja yang dibawa ke rumah sakit.


Nah ini nih, bagian yang sering membuat para orangtua clueless. Terutama yang sama sekali belum pernah berpengalaman mengantar orang ke rumah sakit. Selain bawa baju ganti untuk pasien & penunggu, sebenarnya perlu bawa apa saja sih ke rumah sakit?

  • Selimut & kaos kaki tebal
Ini penting banget untuk menghangatkan bayi pasca operasi. Pasalnya, ruangan operasi itu biasanya superr dingiiin di bawah 20 derajat Celcius. Apalagi si bayi di bawah pengaruh bius sehingga pasti kedinginan banget. Nah, saat selesai operasi jangan lupa bawain selimut dan kaos kaki tebal untuk menghangatkan tubuhnya.
  • Pompa ASI
Sebelum operasi, umumnya bayi akan puasa dulu selama kurang lebih 5-6 jam. Selama itu, payudara akan penuh sehingga perlu membawa pompa ASI supaya tidak bengkak. Ini terutama untuk bayi ASI exclusive. 
  • Teether/empeng
Saat si bayi ingin menyusu tapi tidak boleh karena berpuasa, di situlah teether dan empeng beraksi. Ini berguna agar mulut si bayi tetap sibuk meski kita tidak memberinya susu.
  • Dot bayi
Saya membawa ini untuk memberikan susu yang cukup di waktu 'sahur'. Jadi misal puasa dimulai pukul 02.00, maka di jam segitu saya bangunkan si bayi untuk menyusu sekaligus ngedot dari gelas. Bayi kan nggak ngerti kapan mulai sahur, kapan mulai menyusu. Maka dari itu penting untuk memberikannya suplay yang cukup untuk berpuasa selama 5-6 jam ke depan.

3. Mengatur puasa anak


Menahan lapar dan haus selama 6-8 jam untuk bayi adalah kegiatan yang berat sekali. Bayangkan, mereka saja wajarnya akan meminta nyusu setiap 2 jam. Lha ini diminta berpuasa selama 6 jam sebelum tindakan. Meski begitu, prosedur ini tetap harus dilakukan karena perut yang terisi makanan akan membahayakan pasien apabila di bawah pengaruh obat bius. 

Trik saya adalah memberikan susu yang cukup saat dia 'sahur'. Kemudian ajak dia tidur supaya lupa kalau dia sedang berpuasa. Meminta dokter untuk memajukan jadwal tindakan sepagi mungkin juga bisa menjadi pilihan. Supaya saat puasa itu, si bayi sedang ada di jam tidur sehingga tidak terlalu rewel.

Selama berpuasa itu, si ibu bisa sambil memompa ASInya supaya tidak terbuang. Seusai operasi, si bayi tidak serta merta bisa langsung disusuin, tetapi menunggu gerak usus aktif (ini akan diperiksa oleh dokter). Baru setelah usus aktif dari pengaruh bius, si bayi bisa segera disusuin.

Sebagian tindakan membutuhkan penanganan NICU, semisal untuk operasi berat seperti open heart surgery. Untuk hal ini, diskusikan dengan dokter mengenai pemberian susu untuk bayi. Apakah melalui selang atau sejenisnya.


4. Ekspektasi kita di rumah sakit



Saat dokter sudah menyarankan untuk operasi, biasanya kita akan diberi antrean tanggal tindakan. Semakin cepat semakin baik. Namun ada pula yang harus menunggu hingga tubuh si anak siap, misal pada prosedur open heart surgery -- bisa jadi menunggu si anak mencapai berat badan tertentu.

Beberapa hari sebelum tindakan, akan ada proses cek lab dulu untuk melihat jumlah HB dan beberapa prosedur lain. Jika HB masih kurang, anak akan diberi suplementasi zat besi agar HB mencukupi, atau tim dokter akan menyiapkan donor darah.

Kemudian H-1 jadwal, kita dipersilakan untuk mendaftarkan anak untuk rawat inap. Pastikan si anak dalam kondisi sehat, tidak sakit ataupun demam. Ingat, prosedur operasi membutuhkan kondisi tubuh sesehat mungkin.

Malam sebelum tindakan, si anak akan diminta berpuasa 6 jam. Kalau masih ASI, bisa 4 jam tergantung saran dokter anestesi. Saat itu juga si anak akan diberikan IV (infus) untuk memudahkan pemasukan obat dan/atau anestesi. Si anak akan menangis kesakitan, tapi kuatkan hatimu ya Bunda. Ini demi kebaikan dia kok. Saat jelang operasi, anak akan diganti bajunya dengan baju steril dan masuk ke ruang tindakan.

Orang tua dan keluarga akan menunggu di luar dan akan dipanggil saat tindakan sudah selesai. Kemudian saat pemulihan dan 'pembangunan' si anak dari pengaruh obat bius, orangtua akan diminta untuk mendampingi anak. Menemaninya, menenangkannya dari trauma pasca operasi. Mungkin anakmu akan dipasang kateter dan oksigen, tetapi ini nggak apa-apa. Saat inilah si anak perlu diselimuti tebal-tebal karena ruangan pemulihan sangat dingin. 

Dokter akan memantau perkembangan vital anak pasca operasi, termasuk kapan dibolehkannya makan/minum. Jadi nggak sembarang langsung kasih ASI ya Bun, tetap harus menunggu ususnya aktif dulu. 

Kemudian saat pemulihan, anak akan tinggal beberapa hari di rumah sakit hingga dibolehkan pulang. Untuk kasus anak saya, kami menginap 2 malam. Sebelum pulang, kita akan diberikan edukasi tentang pemberian obat, antibiotik, sekaligus perawatan luka. Seminggu setelah operasi, akan ada kontrol lagi untuk melihat perkembangan dan after effect. Apabila luka sudah kering dan tidak ada komplikasi, maka operasi dianggap telah berhasil.

5. Menata hati kita sebagai orangtua saat harus merelakan anak di tangan dokter?



Kamu pasti tahu Cristiano Ronaldo kan?
Sudah baca tentang masa kecilnya?

Ronaldo terlahir dari keluarga menengah ke bawah. Masa kecilnya tidak bisa disebut berkecukupan. Bahkan pertumbuhan tubuh Ronaldo sempat ada keterlambatan. Saat pra remaja, tinggi badannya kurang sesuai dengan perkembangan anak normal. Tetapi orangtuanya TANGGAP. Mereka mencium bakat sepakbola Ronaldo sejak dini, dan MENGUSAHAKAN Ronaldo untuk mendapatkan medikasi agar bisa mengejar pertumbuhannya. Ronaldo remaja harus mengonsumsi obat-obatan dan hormon supaya tubuhnya tumbuh normal seperti anak-anak lain. Dan akhirnya, dia menjadi Ronaldo yang kita kenal sekarang.

Apa jadinya kalau orangtua Ronaldo tidak tanggap dan masa bodo? Belum tentu anaknya akan menjadi pesebakbola hebat seperti Ronaldo. Untuk itulah, Dear Parents, yang mungkin anakny istimewa dan butuh penanganan khusus atau punya penyakit tertentu, nggak perlu berkecil hati. Berusahalah memantapkan hati dan pikiran bahwa apa yang kamu lakukan adalah yang terbaik untuk anak. 

Tetap semangat ya, Bapak, Ibu.

@andhikalady

0 komentar:

Post a Comment