Wednesday, July 6, 2022

Happy Blogpost. Resep Marinasi Lele yang Membuat Nak Lanang Berhenti GTM

Dua tahun silam, waktu Linam baru awal mula MPASI, aku menyiapkan segala rupanya dengan begitu cermat. Aku membeli buku-buku tentang MPASI, belajar gizi seimbang, membeli peralatan MPASI paling mutakhir, sampai ikut kelas MPASI yang diadakan komunitas ibu-ibu di tempatku.

Perubahan kentara berat badan Linam yang terlihat


“MPASI yang baik itu yang ada lemak tambahannya”, kata salah seorang praktisi MPASI sambil menuangkan tiga tetes minyak goreng ke bubur bayi yang sudah kami buat.

Iya, minyak goreng merupakan salah satu lemak tambahan yang bisa ditambahkan ke MPASI. Bayi, khususnya yang usia di bawah 2 tahun membutuhkan lemak yang banyak untuk membantu perkembangan otak. Berbeda dengan orang dewasa ya Bun, kita-kita yang BMI-nya sudah limit atas sih disarankan untuk mengurangi lemak dan juga gula.

Begitulah. Saban pagi aku rajin menyiapkan MPASI makan sehat tanpa lelah. Disaring, diblender, dikukus, dan segala rupa cara masak yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

Satu bulan pertama MPASI adalah masa pengenalan. Bayi masih mudah disuruh membuka mulut. Ia masih menerima segala rupa makanan yang aku berikan untuknya. Brokoli puree? Daging sapi giling lembut? Nasi tim? Ikan blender? Semua hayuk. Tandas ludes masuk perut.

Tiga bulan berikutnya saatnya naik tekstur. Yang tadinya 100% lembut mulai dibuat ada kasar-kasarnya dikit. Nasi tim, bubur kacang hijau lunak, agar-agar, mulai dikenalkan ke Linam. Alhamdulillah masih mau.

6 bulan pertama MPASI adalah masa-masa penuh membahagiakan. Mayoritas masakanku dimakan dengan lancar jaya tanpa ada keluhan apa-apa.

Hingga tibalah saat-saat kelam itu.

Linam berusia 1 tahun dan mulai tumbuh giginya. Ia kian mengenal beraneka jenis rasa dan tekstur makanan. Preferensinya mulai terbentuk.

Ia menunjukkan tanda-tanda yang disebut orang sebagai GTM (Gerakan Tutup Mulut). Mulutnya terkunci saat kusodori sendok. Setiap hari setiap saat.

Parahnya lagi, waktu itu dibarengi dengan diagnosis GDD yang dialami Linam. Sudahlah harus rutin terapi seminggu dua kali, ditambah GTM, susah komunikasi pula.

Baca juga: GDD Linam & Terapinya.

Jadi aku sama sekali nggak tahu dan susah mengira-ngira apa hal yang membuat Linam nggak mau makan. Akhirnya drama makan pun hampir terjadi setiap hari. Pertarungan tanpa henti dari seorang batita dan aku, ibunya, seperti hal yang sulit dihindarkan.

Kalau kata suami, jangan berani-berani cari masalah sama aku yang sedang menyuapi anak karena dijamin semprotan yang akan keluar. Hahaha.

Sebuah sifat yang sangat tidak Lady-like apalagi memenuhi standar ibu ideal khas mamak-mamak Instagram.

Hal ini berefek secara tidak langsung ke perkembangan Linam. Aku melihat BBnya susah naik, dan terapinya seperti tidak kunjung membuahkan hasil. Aku sempet down dan merasa gagal menjadi Ibu. Ditambah melihat anak-anak seusia Linam yang sudah berlari-lari dan badannya gemuk-gemuk. Belum lagi ditambah omongan dari orang lain bernada mencibir yang terlanjur kumasukkan ke dalam hati.

Saat itu aku belum sadar bahwa sepertinya akupun berhak mengeluh, dan berhak berpikir jernih supaya keadaan lebih terkendali.

Hingga saat Linam berusia 2 tahun, perkembangan Linam datang bertubi-tubi. Dalam satu malam (sebagai hiperbolis), Linam tahu-tahu bisa jalan, bisa ngomong, dan MAU MAKAN. Luar biasa bukan?

Waktu itulah aku merasa doaku sebagai ibu terjawab.

Bahkan saking senangnya aku, kata dokter, Linam sudah menunjukkan kognitif setara anak usia 3 tahun waktu itu. Terbukti dari perilaku dan rasa penasarannya yang kian berkembang. Aku kini tidak susah berkomunikasi dengannya.

Fokusnya sudah matang, BBnya ideal, dan mampu mengatakan makanan apa yang disukainya. Baru aku ketahui bahwa dia suka makan ikan lele. Ikan air tawar yang rasanya enak gurih itu ternyata lebih masuk mulutnya daripada salmon, daging, dan protein hewani lain. Syukurlah, akhirnya ketemu makanan favoritnya.

Ini resep marinasi lele andalan Linam.

Bahan: 1 kg lele yang sudah dibuang perutnya

Bumbu: 

- 3 siung bawang putih
- 5 siung bawang merah
- 2 ruas kunir
- 2 ruas jahe
- merica, ketumbar
- jeruk nipis
- kemiri
- garam secukupnya

Cara membuat:

- Blender semua bumbu kecuali jeruk nipis
- Balurkan ke seluruh ikan lele termasuk di dalam perut
- Taburi dengan jeruk nipis
- Disimpan di freezer untuk diolah kemudian 
- Dapat segera digoreng atau dimangut sesuai selera

 



Semenjak saat itu, aku sering banget memasakkan ikan lele untuknya. Dimangut, digoreng, diolah apa pun dia suka. Rasanya belum pernah menyuapi anak semudah ini.

Selain itu, aku juga pakai cara komunikasi ke anak untuk mengenalkan makanan-makanan lain. Misalnya saat aku masak sop rolade, aku sambil ceritakan ke dia proses pembuatannya. Alhamdulillah, anaknya antusias dan tujuan utama tercapai: mau makan.

So, untuk ibu-ibu yang mungkin masih berjuang mengatasi GTM anak, ingat kata-kata ini:

“Semua akan berlalu, anaklah yang akan meminta makan pada waktunya kelak”

Dan tentu saja, sampai itu terjadi, jangan patah semangat ya Bun....


#IbuJuara

0 komentar:

Post a Comment